Pemerintah diperkirakan baru mampu mengelola 50 persen wilayah pesisir yang total panjang 1.660 KM dan luas perairan laut 295.370 KM², terdiri atas luas wilayah teritorial dan kepulauan seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238.807 KM².
Dari banyak Potensi ekonomi laut yang dimiliki Aceh, salah satu adalah areal pantai yang strategis untuk pembudidayaan rumput laut. Betapa tidak, tumbuhan algae laut berkualitas unggul tumbuh subur secara liar dan di beberapa wilayah pantai daratan dan kepulauan di Aceh. Apalagi rumput laut sedang booming di pasar internasional, praktis berpeluang besar dan jadi salah satu sektor usaha baru untuk menjawab carut-marutnya perkenomian masyarakat pesisir.
Seperti diketahui, rumput laut tumbuh subur di sepanjang pesisir pantai daratan dan kepulauan. Diantaranya di Pulo Aceh, Pulo Weh, Simeulu, Keureusek, Tampurong, dan pulau banyak serta di sepanjang pesisir Barat-Selatan Aceh. Khusus di Simeulue dan Pulo Aceh, bila ditinjau dari sisi geografis yang berteluk sangat cocok dijadikan daerah budidaya rumput laut. Apalagi kedua pulau tersebut berada dilaut lepas yang kebersihan dasar pantai lebih terjamin, kualitas produksi pun diprediksi lebih unggul.
Di Aceh Barat, tepatnya di Lhok Bubon, terdapat jenis rumput laut berbuah yang menyerupai lada (masyarakat disana menyebutnya lada laot). Tumbuhan ini tumbuh di sepanjang pantai Lhok Bubon hingga Kuala Bubon. Namun sayang, rumput laut jenis langka ini hanya dikelola secara tradisional, masyarakat setempat memungut tumbuhan ini dan kemudian menjualnya ke Tunong (daerah dataran tinggi seperti, Krueng Thoe, hingga Beutong Ateuh).
Sementara di di Gampong Lapeng, Pulo Breuh Utara, Aceh Besar, beberapa meter saja dari pecahan ombak, kita dapat menemukan lebatnya rumput laut menutupi karang. Mengamati langsung tumbuhan ini dapat dilakukan dengan menyelam atau bisa juga pakai perahu yang dipasang kaca didasarnya. Bagi yang alergi terjun ke laut, tunggu saja rumput laut yang terdampar di hempas ombak di hamparan pasir.
Seiring permintaan rumput laut di pasar internasional kian meningkat, geliat bisnis komoditas laut domestik pun kian pesat. Saat ini, setidak nya sudah ada 23 industri pengolahan rumput laut. Tahun 2008 saja, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan, produksi rumput laut nasional mencapai 2,15 juta ton per tahun.
Dari jumlah tersebut, 102.415,93 tonnya diangkut ke luar negeri, dengan nilai ekspor 124,26 juta dollar singapura. Dari total ekspor, sebagian besar beredar di kawasan Asia, yakni 85.985,50 ton dengan nilai USD88,3 ribu. Sementara di di tingkat petani, harga rumput laut bekisar antara Rp10.000 hingga Rp12.000/kg untuk jenis rumput laut kualitas baik, sedangkan jenis rumput laut kualiatas rendah, Rp9.000/kg.
Produksi rumput laut terus meningkat di tahun 2009. Secara nasional, produksi dalam bentuk basah saja mencapai 2,2 juta ton. Hingga tahun 2014 produksi rumput laut ditarget bisa mencapai 10 juta ton dalam bentuk basah atau sekitar 1 juta ton kering dengan rasio peningkatan produksi sekitar 5% per tahun.
Habitat Rumput Laut
Dalam hidangan pertemuan atau upacara, selalu disajikan beraneka-ragam makanan dan kue, termasuk di antaranya adalah agar-agar yang biasanya merupakan makanan penutup atau snack yang dibuat dari tepung agar berasal dari rumput laut. Saat menyantapnya, kita jarang berfikir dari mana asal-usul makanan tersebut dan bagaimana proses pembuatannya, tetapi kita hanya memandangnya apakah makanan itu menarik, enak tidak untuk dimakan.
Rumput laut, sebuah nama yang tak pantas untuknya. Namun secara tradisi, masyarakat nusantara sudah menyebutnya seperti itu. Walaupun dari segi botanis (ilmu tumbuhan) tidak tepat, namun hingga di zaman modern seperti ini, namanya tetap rumput laut. Secara harfiah, rumput laut berasal dari kata seaweeds, dalam bahasa Inggris artinya tumbuhan pengganggu. Rumput laut dikategorikan sejenis algae laut alias agar-agar atau ganggang yang termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di dasar laut.
Jadi pada hakekatnya tumbuhan ini bukanlah rumput yang tumbuh di laut, karena tidak termasuk spesiaes rumput alias graminae atau tumbuhan pengganggu tingkat tinggi (Spermatophyta) yang umumnya tumbuh di daratan. Rumput laut juga tidak sama dengan lamun (seagrasses) karena lamun termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh menetap di dasar laut.
Tumbuhan kenyal ini biasanya menempel di karang, bebatuan atau menancap pada substrat pasir atau pasir keras. Bila laut teduh dan air bening, tampaklah beraneka-ragam bentuk dan warnanya yang menarik, ada merah, kuning, hijau, coklat dan jingga. Bentuknya pun beraneka-ragam, ada yang berbentuk bola kecil, lembaran, rumpun atau berbagai bentuk unik lainnya.
Komoditi laut ini, termasuk tumbuhan yang dalam proses metabolismenya memerlukan kesesuaian factor-faktor fisika dan kimia, seperti gerakan air, suhu, kadar garam, nutrisi. Selain itu juga sangat dipengaruhi zat hara seperti nitrat, fosfat dan sinar mentahari. Dalam pertumbuhannya, zat hara diserap dari air melalui kerangka tubuhnya yang biasa disebut thalli (jamak) atau thallus (tunggal). Sedangkan proses fotosintesis berlangsung dengan bantuan sinar sang surya yang menembus bawah laut.
Spesies Rumput Laut Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan algae berukuran besar, artinya, tumbuhan ini dapat dilihat langsung dengan mata, tanpa pakai kaca atau alat pembesar lainya. Tumbuhan ini umumnya terdiri dari spesies algae merah atau rhodophyceae, algae coklat atau phaeophyceae dan algae hijau atau chlorophyceae.
Beberapa spesies atau yang tumbuh di dasar laut diperkirakan terdapat 9000 jenis yang masing-masing adalah sekitar 6000 jenis rhodophyceae, 2000 jenis phaeophyceae dan 1000 jenis chlorophyceae.
Algae lainnya yang berukuran kecil dan hanya terlihat lewat bantuan mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut, tetapi merupakan spesies tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini selain berukuran kecil, juga gerakannya sangat dipengaruhi arus air, sehingga keberadaannya sebagian besar tergantung pada kondisi fisik perairan itu sendiri.
Pengelompokan rumput laut menurut perbedaan warna adalah berdasarkan perbedaan kandungan pigmennya. Rumput laut kelompok merah memiliki pigmen dominan fikoeretrin (phycoerethrin) dan fikosianin (phycocyanin) yang menimbulkan warna merah, walaupun pada kenyataannya di alam menunnjukkan variasi warna lain seperti hijau, ungu dan coklat tua karena sifat adaptik kromatiknya. Untuk mengetahui warna, harus terlebih dahulu di jemur, tapi jangan terlalu lama. Bila terlalu lama, akan berubah menjadi putih, karena pigmennya akan lenyap.
Di Indonesia terdapat rumput laut yang nama ilmiahnya gracilaria dan nama lokal yang berbedabeda di setiap daerah, ada yang menyebut rambu kasang (Jawa), bulung sangu (Bali), sango-sango/dongi-dongi (Sulawesi), janggut dayung (Bangka) dan naleung laot dalam bahasa Aceh. Selain itu, ada juga nama rumput laut yang populer dalam dunia perdagangan internasional, misalnya cottonii untuk sebutan rumput laut yang nama ilmiahnya kappaphycus dan nori untuk rumput laut porphyra yang terdapat di perairan Jepang.
Perkembangbiakan tumbuhan ini dengan pertukaran generasi antara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif yakni dengan perbanyakan batang atau stek dan penyebarluasan spora, sedangkan perkembangbiakan generatif melalui perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina. Spora pada rumput laut ada dua macam, yaitu karpospora dan tetraspora yang masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan karposporofit dan tetrasporofit.
Sementara gamet jantan dan gamet betina dihasilkan oleh dua individu yang terpisah serta berbeda jenis kelaminnya, yaitu tumbuhan jantan dan betina. Sifat tumbuhan seperti ini, biasa disebut tumbuhan berumah dua atau latinnya disebut dioceous. Ada juga tumbuhan yang berumah satu atau monoceous, di mana gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam satu tumbuhan.
Di alamnya, terdapat empat macam rumput laut yang berbeda jenis kelamin dan tabiat reproduksinya yaitu karposporofit, tetrasporofit, gametofit jantan dan gametofit betina. Keempat macam bentuk tumbuhan tersebut di alam, ada yang mudah terlihat dari penampilan fisiknya atau heteromorfik, ada juga yang sulit dibedakan, kecuali dengan mikroskop.
Perkembangbiakan vegetatif sampai sekarang dimanfaatkan para penanam rumput laut dalam penyediaan bibit dari marga kappaphycus dan eucheuma (dalam bahasa sehari-hari disebut agar-agar patah tulang) untuk dibudidayakan secara komersil, dan sudah dipraktekkan di beberapa negara tropis, termasuk Indonesia.
Penggunaan bibit vegetatif tersebut, sampai saat ini masih dianggap yang paling mudah dan menguntungkan dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan cara-cara generatif yang masih belum diterapkan secara masal karena pertimbangan teknis dan ekonomis yang dianggap belum menguntungkan.
Kegunaan Rumput Laut Banyak penelitian telah membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat. Dari Banyak penelitian, diantaranya Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita premenopause di Jepang berpeluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan wanita Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut di dalam menu mereka.
klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mencegah kardiovaskular.
Para ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.
Kandungan serat atau dietary fiber pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh, sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna, sehingga anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut kegemukan.
Selain itu, olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif di masa mendatang. Apalagi dengan hadirnya Industri pengolahan rumput laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.
Selain itu, rumput laut mempunyai sifat ganda, yaitu bermanfaat langsung bagi kepentingan manusia dan bagi kelanjutan fungsi ekologis perairan. hal ini dapat dilihat melalui perannya dalam rantai makanan di laut sebagai sumber makanan binatang di laut.
Selain dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan manusia. Secara tidak langsung, rumput laut bermanfaat juga bagi tersedianya makanan berbagai jenis binatang laut. Pemanfaatan lainnya adalah sebagai bahan mentah untuk industri penghasil agar, karaginan dan alginat yang diperlukan untuk bahan tambahan dalam pengolahan makanan, minuman, farmasi, kosmetika dan tekstil di dalam dan luar negeri.
Kandungan kimia lain yang penting terdapat dalam rumput laut berupa polisakarida seperti mineral, protein, lemak, vitamin dan yodium. Secara tidak disadari bahwa sebenarnya manfaat dan peran rumput laut ini telah ada pada kehidupan kita sehari-hari.
Bahkan saat pakai minyak rambut, keramas, gosok gigi, menikmati eskrim dan coklat, berdandan dengan baju yang bermotif warna-warni dan menyemir sepatu, kesemua bahan yang kita pergunakan tersebut sedikit banyak mengandung campuran rumput laut.
Rumput Laut Domestik
Indonesia bertekad menjadi produsen rumput laut terbesar dunia pada tahun 2015. Menurut Komisi Rumput Laut Indonesia, rumput laut setidaknya memiliki lima keunggulan untuk menjadi komoditas pilihan. Lima keunggulan itu adalah luasnya garis pantai Indonesia untuk pengembangan rumput laut, mudah dibudidayakan karena waktu panen yang relatif singkat yaitu 45 hari, kecenderungannya bersifat padat karya, memiliki permintaan pasar yang tinggi, serta memiliki nilai tambah tinggi karena merupakan bahan baku industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain. Rumput laut Indonesia berkontribusi pada sekitar 500 end products di dunia.
Dari target produksi rumput laut di Indonesia yang mencapai 10 juta ton, produksi Sulsel ditarget bisa mencapai 2,4 juta ton atau sekitar 40% dari total produksi secara nasional. Untuk rumput laut yang dikembangkan di tambak, luas lahan yang terpakai masih sekitar 20% dari luas areal yang mencapai 100 ribu ha dan masih terkonsentrasi di Luwu Raya, Luwu Timur, Wajo, Bone. Sementara yang sudah berjalan, misalnya, di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang juga memiliki potensi besar rumput laut. Volume produksi budidaya rumput laut basah mencapai 13.086,6 ton, sedangkan kering sebesar 2.181,1 ton.
Sealanjutnya, untuk mencapai target tahun 2015, Langkah pemerintah pusat adalah dengan mengelompokkan para petani rumput laut dalam cluster. Ada 14 cluster yang sudah dibuat yaitu di Kabupaten Pamekasan, Gorontalo, Sumba Timur, Pangkep, Dompu, Sumbawa Barat, Serang, Karimun, Minahasa Utara, Parigi Motong, Polewali Mandar, Baubau, dan Rajaampat. Selain sistem cluster, pemerintah akan menerapkan approval number bagi para pedagang rumput laut. Hal ini dilakukan agar tata niaga rumput laut ini tertib dan harga rumput laut tetap stabil.
Sementara di Aceh Sendiri, rumput laut hanyalah tumbuhan liar laut dan tak diminati berbagai kalangan. Komoditi laut yang begitu besar dibiarkan saja tumbuh, atau lenyap dihempas gelombang. Apalagi kalau musim angin kencang dan gelombang besar, rumput laut berserakan ditepi pantai, tak ada yang peduli hingga ia mengering disana.
Semoga di masa mendatang, rumput laut dapat dikelola dengan benar dan menjadi komoditi ekspor unggulan pesisir Aceh. Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh setidaknya dapat memperioritaskan budidaya tanaman laut tersebut secara intensif. Bila perlu, Pemerintah Aceh mengeluarkan program khusus, sehingga Aceh jadi daerah swasembada rumput laut. Dengan begitu, orang-orang yang katanya pintar di negeri ini, tak lagi terpaku pada perebutan hasil migas hingga berkonflik sampai puluhan tahun. Semoga saja begitu.